Dalam sebuah perjalanan
menggunakan angkutan umum menuju pos pendakian disalah satu gunung di Jawa Tengah
seorang ibu pernah bertanya kepadaku mengapa orang-orang yang ia sering temui seperti
saya begitu senang mendaki gunung. Padahal menurutnya, kegiatan mendaki gunung
begitu menguras tenaga bahkan terkesan menyiksa diri dengan melewati medan yang
sangat berat dengan tanjakan yang terjal dan turunan yang curam. Belum lagi
ditambah cuaca yang tidak menentu dan kemungkinan tersesat bahkan tidak sedikit
diberitakan seorang pendaki meninggal dalam kegiatan pendakiannya.
Waktu itu sambil tersenyum
saya berkata hanya ingin mencari udara segar dan melepaskan penat dari segala
rutinitas harian yang terkadang membosankan. Entahlah, bagi orang awam bersusah payah mendaki gunung untuk melepas
penat terdengar begitu bodoh. Tapi bagi saya mendaki gunung mengajarkan banyak
hal seperti manajemen waktu, tenaga, logistik; menghargai lingkungan; melatih kesabaran
mungkin; sampai kepada hal-hal yang sedikit filosofis tentang arti kehidupan.
Puncak, hamparan
awan, dan kerlip bintang diatas sana begitu menggoda setiap orang yang
melakukan pendakian. Yang terkadang membuat para pendaki semakin mempercepat
langkahnya untuk sampai dipuncak menyentuh awan dan memandang gemintang dari
tempat yang lebih dekat lagi. Tak jarang beberapa orang bahkan mengesampingkan
faktor keselamatan, tak lagi memenej tenaga dengan baik, kurang awas terhadap
perubahan cuaca dan tindakan gegabah lainnya demi mencapai sebuah puncak.
Apa yang terlihat di atas
sana dari bawah sangat indah, begitu mewah dan menggiurkan terkadang ketika
tiba di puncak kita hanya menemukan hamparan pasir, bongkahan batu, dan cadas,
dingin yang menusuk tulang dan sepi yang menyelimuti. Ternyata, yang menjadikan
daerah puncak itu indah adalah ketika kita berdiri di atas sana kemudian
menyapukan pandangan kesegala arah memandang ke bawah menikmati hembusan angin
dari lembah dan kawah kemudian merasakan betapa kecilnya kita dihadapan segala
ciptaanNya. Keindahan yang sesungguhnya dicari bukanlah daerah puncak yang
lancip dan sempit itu.
Jauh lebih penting dan
utama dari semua itu sebenarnya adalah proses yang kita lalui ketika melakukan
perjalanan mencari keindahan dan mengejar kebahagiaan. Puncak yang akhirnya
dicapai hanyalah sebuah bonus di akhir pendakian namun bukanlah sebuah akhir
dari perjalanan. Karena sesaat kemudian toh kita akan kembali turun ke bawah
ketempat dimana kita memulai perjalanan ini.
Seperti kehidupan
yang sedang kita jalani, bagi beberapa orang mungkin ada yang terseokseok susah
payah mendaki keatas. Tak menjadi masalah, jika dalam pendakian itu merasakan
lelah yang teramat sangat, cobalah untuk berhenti dan beristirahat sejenak
menikmati pencapaian yang sudah diraih kemudian mengevaluasi langkah demi langkah yang sudah terlewati lalu
kembali melanjutkan pendakian.
Terkadang pula ada yang tidak
sampai menyentuh daerah puncak sejati dan berdiri disana sambil memandang
kebawah karena sudah tak mampu lagi mendaki. Maka jangan pernah ragu untuk
berbalik arah untuk turun kebawah karena sesungguhnya puncak bagimu adalah apa
yang mampu kau capai saat itu. Tak perlu dipaksakan untuk mencapai puncak
sejati jika itu diluar batas kemampuanmu. Namun satu hal yang perlu diingat,
berbalik arah turun ke bawah bukan berarti menyerah dan pasrah tetapi untuk
kembali belajar dan berlatih lebih giat lagi untuk kembali melakukan pendakian
diwaktu yang lain.
sampai sekarang saya paling ga bisa jawab/jelasin kalau ditanya orang, apa enaknya naik gunung hehe...
BalasHapustapi memang iya sih..prosesnya, prjalanan nya itu yang bikin nagih, kawan seperjalanan, ketika badan sama pikiran berantem sendiri antara mau nyerah atau push the limit, ketika bener2 bisa ngerasain cuma Allah tempat bergantung,dan ketika sadar ternyata masih takut mati -.-" (terutama pas solo trekking).. eh jadi lebai yak...hehe....
anyway...nice post bang abde :D
kadang kalo ditanya tentang rasa dan kepuasan, memang susah untuk dijelaskan. dan yang sangat berasa ketika melakukan pendakian sendiri.
BalasHapushehehe, makasih apresiasinya Siska.
kapan2 trek gunung ditanah sulawesi bolehlah dicicipi :D