Senin, 07 Maret 2011
Rabu, 02 Maret 2011
Dengarkan.--
Gemeretak ranting
yang terhempas
jatuh, remuk ke bumi
Gemerisik dedaunan
gugur berserakan tak beraturan
Hembusan angin
dingin, menjelajah angkasa
sendirian..
dan suara tetesan air
mengalun teratur
seirama
Ya,
kau dengar??
malam sedang berbisik kepada-mu..
mengabarkan,
tentang bahasa kesunyian
lewat suara alam.
dan.., kau tau??
akan kubisikkan pada-mu
tentang bahasa
yang pernah diajarkan Adam kepada Hawa
tentang banyak hal
yang membuat mereka menyatu
kembali,
di Jabal Rahmah..
Beku menjelang Subuh
Langit gelap
gemuruh guntur
meledak dikejauhan
hembusan angin dingin membekukan
perlahan-lahan menetes,
diwajahmu
dan akhirnya; Jatuh memenuhi hatimu.
Seperti hujan yang jatuh Di malam musim dingin yang turun tanpa bintang
Seperti hujan yang jatuh
Di malam musim dingin yang turun tanpa bintang,
Berguguran dari celah langit yang terbuka,
Lalu pecah berhamburan,
Pada dahan-dahan pohon yang gersang,
Mengabarkan kesedihan dan kegalauan
Semesta;
Pada bumi yang kian lapuk dilindas zaman.
Kau tahu?
Iramanya begitu perih meretas sepi,
Tangisannya lirih memecah angkasa,
Namun tanpa suara.
Jangan pernah menimpali,
Cukup dengarkan saja,
Atau
Ikutlah larut dalam iramanya,
Agar kau mendapatkan kesunyian
Yang benar-benar sempurna;
Yang kau butuhkan,
Hingga kau leluasa
Memunguti serpihan waktu yang berserakan,
Sambil berkisah tentang
Hatimu yang mulai ringkih,
Terpapar harapan yang telah usang.
Dan ijinkan aku menemani,
Bertafakkur dalam sepi,
Atau sekedar tunduk bersamamu terdiam dalam doa,
Lalu,
Kita akan merangkai cahaya-cahaya kemudian membingkainya
Menyelipkannya pada deretan-deretan awan,
Berharap menjelma fajar.
Ingat, tak perlu ada kata terucap,
Karena ini akan lebih indah bila tanpa suara.