Rabu, 02 Maret 2011

Dengarkan.--

Dengarkan..
Gemeretak ranting
yang terhempas
jatuh, remuk ke bumi


Gemerisik dedaunan
gugur berserakan tak beraturan


Hembusan angin
dingin, menjelajah angkasa
sendirian..


dan suara tetesan air
mengalun teratur
seirama



Ya,
kau dengar??
malam sedang berbisik kepada-mu..
mengabarkan,
tentang bahasa kesunyian
lewat suara alam.



dan.., kau tau??
akan kubisikkan pada-mu

tentang bahasa
yang pernah diajarkan Adam kepada Hawa
tentang banyak hal
yang membuat mereka menyatu


kembali,
di Jabal Rahmah..

Beku menjelang Subuh

Di penghujung malam;
Langit gelap

gemuruh guntur
meledak dikejauhan

hembusan angin dingin membekukan

perlahan-lahan menetes,

diwajahmu

dan akhirnya; Jatuh memenuhi hatimu.

Seperti hujan yang jatuh Di malam musim dingin yang turun tanpa bintang

Seperti hujan yang jatuh

Di malam musim dingin yang turun tanpa bintang,

Berguguran dari celah langit yang terbuka,

Lalu pecah berhamburan,

Pada dahan-dahan pohon yang gersang,

Mengabarkan kesedihan dan kegalauan

Semesta;

Pada bumi yang kian lapuk dilindas zaman.

Kau tahu?

Iramanya begitu perih meretas sepi,

Tangisannya lirih memecah angkasa,

Namun tanpa suara.

Jangan pernah menimpali,

Cukup dengarkan saja,

Atau

Ikutlah larut dalam iramanya,

Agar kau mendapatkan kesunyian

Yang benar-benar sempurna;

Yang kau butuhkan,

Hingga kau leluasa

Memunguti serpihan waktu yang berserakan,

Sambil berkisah tentang

Hatimu yang mulai ringkih,

Terpapar harapan yang telah usang.

Dan ijinkan aku menemani,

Bertafakkur dalam sepi,

Atau sekedar tunduk bersamamu terdiam dalam doa,

Lalu,

Kita akan merangkai cahaya-cahaya kemudian membingkainya

Menyelipkannya pada deretan-deretan awan,

Berharap menjelma fajar.

Ingat, tak perlu ada kata terucap,

Karena ini akan lebih indah bila tanpa suara.