... وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي
أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ﴿آل
عمران:٣٦﴾
... sesungguhnya aku telah
menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”
Alhamdulillah, sudah
dua bulan terakhir ini rumahku diramaikan dengan tangisan bayi kecilku Maria.
Yap, saya memberi nama anak pertamaku dengan nama MARIA, lengkapnya Maria
Iftitah Althafunnisa. “Kenapa Maria?” Itu menjadi pertanyaan banyak orang ketika
kuperkenalkan namanya. Saya terkadang balik bertanya “Kenapa Kalau Maria?”.
Tidak terkecuali ke empat orang tua kami yang mempertanyakan kenapa kami
memilih nama Maria untuk putri kecil kami yang menurut mereka dengan latar
belakang keluarga Muslim menjadi aneh ketika nama itu menjadi pilihan.
Nama “Maria” sebenarnya adalah pilihan
Istriku (meskipun saya awalnya memilih nama Maryam) sejak kami mengetahui jenis
kelamin anak kami perempuan melalui pemeriksaan USG. Begitu istriku menyebut
nama Maria saya tidak pernah menolaknya sedikitpun. Kenapa? Karena, karena menurutku nama Maria merujuk pada sosok yang
sama dengan nama Maryam yaitu seorang perempuan suci yang shaleh putri dari
Imran dan ibu dari Nabiullah Isa Alaihissalam. Saya percaya bahwa Maria dan
Maryam adalah sosok yang sama sebagaimana Ibrahim dan Abraham, Daud dan David,
Musa dan Moses. Adapun perbedaan pelafalan namanya menurut saya hanya masalah
perbedaan lisan kita sebagai akibat perbedaan bahasa. Dalam bahasa Arab dituliskan
مَرْيَمَ, kita di indonesia kadang menuliskan dan
melafalkan Mariam kadang Maryam, lalu bahasa ibrani dan inggris biasa menuliskan
dan melafalkannya dengan Maria. Hal ini juga terjadi perbedaan dalam penulisan
dan pelafalandalam bahasa arab, yang dalam beberapa bahasa
ada yang menuliskan dan melafalkannya dengan “Muhammad”, “Mohammad”, dan “Mohammed”. Kesemuanya merujuk pada satu sosok yang sama.
Seorang teman pernah
berkata kenapa tidak memberi nama berbahasa arab atau setidak-tidaknya memberi
nama dengan kata yang ada dalam Al Qur’anul Kariim. Saya katakan apakah nama
selain nama kearab-araban itu jelek bahkan rendah dibanding nama berbahasa arab?
Atau apakah nama Lucy lebih rendah dibanding Nur meski keduanya berarti sama
yaitu cahaya? Apakah orang yang shalat menggunakan celana jeans shalatnya tidak
diterima sebagaimana orang shalat menggunakan jubah? Ataukah orang yang berdoa
menggunakan sorban doanya lebih diterima dari orang yang menggunakan kopiah
atau Topi Pet? Arab dan kearab-araban itu
tidak melulu Islam dan Islam itu tidak hanya Arab. Islam itu rahmat bagi
seluruh alam, sebagaimana makna lafal Hamdalah “Alhamdulillahi Rabbil Aalamin”.
Allah sang Rabbul Jaliil Tuhan seluruh alam, bukan hanya Tuhan bangsa arab. Dalam
salah satu hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah Salallahu 'alaihi wasallam
pernah bersabda, "Pada Hari Kiamat kelak kalian akan dipanggil dengan nama
kalian berikut nama ayah-ayah kalian. Karena itu berilah nama-nama yang baik".
Terkait dengan pemberian nama, tuntunan Rasulullah berilah nama yang baik
(titik) bukan nama kearab-araban.
Untuk itu sudah seharusnya
beragama itu menggunakan nalar kritis sebagai pendamping wahyu yang
diturunkan-Nya supaya kita bisa membedakan mana subtansi ajaran yang dibawa
rasul-Nya dan mana yang hanya berfungsi sebagai simbol serta kemasan bahasa
saja. dan Bukankah dalam Surah Al Hujurat : 13 Allah menegaskan bahwa kemuliaan seseorang manusia hanya ditentukan oleh kadar taqwanya tanpa ada kaitan dengan perbedaan suku bangsa ataupun bahasanya.