Selasa, 16 Agustus 2016

Bismillah...,dia "Maria"

... وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ  ﴿آل عمران:٣٦﴾
... sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”

Alhamdulillah, sudah dua bulan terakhir ini rumahku diramaikan dengan tangisan bayi kecilku Maria. Yap, saya memberi nama anak pertamaku dengan nama MARIA, lengkapnya Maria Iftitah Althafunnisa. “Kenapa Maria?” Itu menjadi pertanyaan banyak orang ketika kuperkenalkan namanya. Saya terkadang balik bertanya “Kenapa Kalau Maria?”. Tidak terkecuali ke empat orang tua kami yang mempertanyakan kenapa kami memilih nama Maria untuk putri kecil kami yang menurut mereka dengan latar belakang keluarga Muslim menjadi aneh ketika nama itu menjadi pilihan.

Nama “Maria” sebenarnya adalah pilihan Istriku (meskipun saya awalnya memilih nama Maryam) sejak kami mengetahui jenis kelamin anak kami perempuan melalui pemeriksaan USG. Begitu istriku menyebut nama Maria saya tidak pernah menolaknya sedikitpun. Kenapa? Karena, karena  menurutku nama Maria merujuk pada sosok yang sama dengan nama Maryam yaitu seorang perempuan suci yang shaleh putri dari Imran dan ibu dari Nabiullah Isa Alaihissalam. Saya percaya bahwa Maria dan Maryam adalah sosok yang sama sebagaimana Ibrahim dan Abraham, Daud dan David, Musa dan Moses. Adapun perbedaan pelafalan namanya menurut saya hanya masalah perbedaan lisan kita sebagai akibat perbedaan bahasa. Dalam bahasa Arab dituliskan مَرْيَمَ, kita di indonesia kadang menuliskan dan melafalkan Mariam kadang Maryam, lalu bahasa ibrani dan inggris biasa menuliskan dan melafalkannya dengan Maria. Hal ini juga terjadi perbedaan dalam penulisan dan pelafalandalam bahasa arab, yang dalam beberapa bahasa ada yang menuliskan dan melafalkannya dengan “Muhammad”, “Mohammad”, dan “Mohammed”. Kesemuanya merujuk pada satu sosok yang sama.

Seorang teman pernah berkata kenapa tidak memberi nama berbahasa arab atau setidak-tidaknya memberi nama dengan kata yang ada dalam Al Qur’anul Kariim. Saya katakan apakah nama selain nama kearab-araban itu jelek bahkan rendah dibanding nama berbahasa arab? Atau apakah nama Lucy lebih rendah dibanding Nur meski keduanya berarti sama yaitu cahaya? Apakah orang yang shalat menggunakan celana jeans shalatnya tidak diterima sebagaimana orang shalat menggunakan jubah? Ataukah orang yang berdoa menggunakan sorban doanya lebih diterima dari orang yang menggunakan kopiah atau Topi Pet? Arab dan kearab-araban itu tidak melulu Islam dan Islam itu tidak hanya Arab. Islam itu rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana makna lafal Hamdalah “Alhamdulillahi Rabbil Aalamin”. Allah sang Rabbul Jaliil Tuhan seluruh alam, bukan hanya Tuhan bangsa arab. Dalam salah satu hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah Salallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Pada Hari Kiamat kelak kalian akan dipanggil dengan nama kalian berikut nama ayah-ayah kalian. Karena itu berilah nama-nama yang baik". Terkait dengan pemberian nama, tuntunan Rasulullah berilah nama yang baik (titik) bukan nama kearab-araban.

Untuk itu sudah seharusnya beragama itu menggunakan nalar kritis sebagai pendamping wahyu yang diturunkan-Nya supaya kita bisa membedakan mana subtansi ajaran yang dibawa rasul-Nya dan mana yang hanya berfungsi sebagai simbol serta kemasan bahasa saja. dan Bukankah dalam Surah Al Hujurat : 13 Allah menegaskan bahwa kemuliaan seseorang manusia hanya ditentukan oleh kadar taqwanya tanpa ada kaitan dengan perbedaan suku bangsa ataupun bahasanya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan cuman diliat ya.....satu dua kata cukup lahh....biar jadi motifasi tuk nulisx.